BAB II
PEMBAHASAN
CIRI-CIRI KHUSUS,
PERWUJUDAN PERILAKU DAN JENIS-JENIS BELAJAR
A. Ciri-ciri khusus perilaku belajar
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri tertentu.dengan perkataan lain,setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh cirri-ciri perubahan yang spesifik. Diantara ciri-ciri perubahan khusus yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah: (1) perubahan itu intensional, (2) perubahan itu posirif dan aktif, (3) perubahan itu efektif dan fungsional.
Berikut ini akan disajikan satu persatu ciri-ciri khusus perilaku belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Intensional
Perubahan Intensional merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam proses belajar berdasarkan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari. Dengan perkataan lain,bukan perubahan karena kebetulan. Karakteristik ini maknanya adalah bahwa siswa meyadari akan adanya perubahan yan dialami atau sekurang-kurangnya ia meresakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya.
Di samping perilaku belajar itu menhendaki perubahan yang disadari, juga diarahkan pada tercapainya tujuan perubahan tersebut. Misalnya apabila seorang siswa belajar bahasa inggris,sebelumnya ia telah menetapkan taraf kemahiran yang disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya. Penetapan ini misalnya, apakah bahasa asing tersebut akan ia gunakan untuk keperluan studi ke luar negeri ataukah untuk sekedar bisa membaca teks-teks atau literatur berbahasa Inggris.
2. Perubahan Positif dan Aktif
Perubahan positif dan aktif merupakan perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan bersifat positif maknanya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang relatif baru (misalnya pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari apa yang telah ada sebelumnya. Perubahan bersifat aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya,bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk). Dengan perkataan lain perubahan tersebut karena usaha siswa itu sendiri.
3. Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan Efektif dan Fungsional merupakan perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berdaya guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi orang atau individu yang belajar. Perubahan bersifat fungsional juga bermakna bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direduksi dan dimanfaatkan serta dapat diharapkan memberi manfaat yang luas bagi siswa.
Selain itu, perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Misalnya, apabila seseorang belajar menulis, ia akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, dan ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan mengarang surat dan lainnya.
B. Perwujudan Perilaku Belajar
Manifestasi atau perwujudan perilaku-perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Kebiasaan
Setiap individu (siswa) yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Burghardt dalam syah (1996) menyatakan bahwa kebiasaan itu timbul karena proses penyusunan kecederungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.
Sebagai contoh: Siswa yang belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan yang baik dan benar itulah perwujudan perilaku belajar individu (siswa) tadi.
2. Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, tetapi keterampilan itu memerlukan koordinasigerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Menurut Rebber (1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Misalnya, guru yang bisa mendayagunakan siswa secara tepat, sehingga bisa terwujud perilaku belajar yang efektif pada siswa, guru yang bersangkutan dianggap terampil. Selain itu, siswa yang bisa mendayagunakan teman-temannya di kelas, sehingga muncul aktifitas belajar bersama, siswa yang bersangkutan bisa dianggap terampil.
3. Pengamatan
Menurut Sujanto (1985:21) pengamatan adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indra. Alat-alat indra yang digunakan dalam pengamatan adalah: indra penglihat, indra pendengar, indra pembau atau pencium, indra perasa atau pengecapan, indra peraba dan lain-lain.
Syah (1996:118) menyatakan bahwa pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar, seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum memperoleh pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.
Menurut Sujanto, (1985:21) Proses pengamatan melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut:
1. Saat alami (saat physis), yaitu saat indra kita menerima perangsang dari luar
2. Saat jasmani (saat physiologis), yaitu saat perangsang itu diteruskan oleh urat saraf sensori ke otak.
3. Saat rohani ( saat psychis), yaitu saat sampainya perangsang itu ke otak, kita menyadari perangsang itu dan bertindak.
4. Berpikir Asosiatif dan daya ingat
Berpikir Asositif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons.kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahun yang diperoleh dari hasil belajar.
Daya ingat merupakan perwujudan belajar,sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningktnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang ia hadapi.
5. Berfikir Rasional dan Kritis
Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar, terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah (problem solving). Umumnya, siswa yang berfikir rasional akan menggunakn prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana”(how) dan “mengapa”(why). dlam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah-kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan.
Berpikir kritis dapat diwujudkan ketika diskusi atau memecahkan suatu persoalan melalui diskusi atau berdebat. Berkaitn dengan ini Al-Qur’an mengajarkn agar berdebat secara makruf (baik). Selanjutnya, menurut Rebber (1988); dlam berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dn mengatasi kesalahan atau kekurangan.
6. Sikap
Dalam pengertian sempit, sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno, (1987) dalam syah (1996) sikp (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk beraksi dengan baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.
Pada prinsipnya sikap adalah kecenderungn individu (siswa) untuk bertindak dengan cara tertentu. Perwujudan perilaku belajar siswa-siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
7. Inhibisi
Secara singkat, Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung. Dalam kaitannya dengan belajar, Inhibisi bermakna kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memiliki atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.
8. Apresiasi
Apresiasi adalah suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chaplin 1997). Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda (baik abstrak maupun konkret) yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah afektif yang umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya seperti seni : sastra, musik, lukis, drama dan sebagainya.
9. Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan, seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengalaman belajar. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai perwujudn perilaku belajar.
C. Jenis-jenis Belajar
Jenis-jenis belajar dapat dibagi atas beberapa macam,jenis-jenis tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Belajar Abstrak
Belajar jenis ini sering diartikan dengan belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata (abstrak).
2. Belajar Keterampilan
Belajar jenis ini adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, yakni yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuan jenis ini adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan-keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini, latihan latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan, misalnya dalam belajar olahraga, musik, menari, melukis, elektronik, dan lain-lain. Dalam mata pelajaran agama islam, belajar ini tampak suatu materi-materi, seperti wudhu’, tayamum, shalat, haji dan lain-lain.
3. Belajar Sosial
Belajar jenis ini adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti keluarga, persahabatan, kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat sosial atau kemasyarakatan.
4. Belajar Pemecahan Masalah (Problem solving)
Belajar jenis ini adalah belajar dengan menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.
5. Belajar Rasional
Belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional sering disebut dengan belajar rasional. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk memperoleh bermacam-macam kecakapan serta berkaitan erat dalam pemecahan masalah. Melalui belajar jenis ini, diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sistematis.
6. Belajar kebiasaan
Belajar jenis ini diartikan dengan proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru dan perbaikan-perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuan jenis belajar ini adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu(kontekstual).
7. Belajar Apresiasi
Belajar jenis ini sering diertikan dengan belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuan belajar jenis ini adalah agar siswa memperoleh dan memgembangkan kecakapan ranah rasa ( affective skills) seperti kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, musik dan sebagainya.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar jenis ini juga dikenal dengan belajar studi. Belajar pengethuan adakah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhdap suatu objek pengetahuan tertentu. Tujun belajar jenis ini adalah agar siswa memperoleh tambahan informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, seperti dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
Berbeda dengan Syah (1996), Slameto (1991:5-8) menyatakan jenis-jenis belajar mencakup :
1. Belajar Bagian ( Part Learning )
2. Belajar dengan wawasan ( learning by insight )
3. Belajar Deskriminatif ( Discriminatif Learning )
4. Belajar Global atau keseluruhan ( Global Whole Learning )
5. Belajar Insidental ( Incidental Learning )
6. Belajar Instrumental ( Instrumental Learning )
7. Belajar Intensional ( I ntentional Learning )
8. Belajar Laten ( Latent Learning )
9. Belajar Mental ( Mental Learning )
10. Belajar Produktif ( Produktive Learning )
11. Belajar Verbal ( Verbal Learning ).
BAB III
PENUTUP
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri tertentu.dengan perkataan lain,setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh cirri-ciriperubahan yang spesifik. Diantara ciri-ciri perubahan khusus yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah: (1) perubahan itu intensional, (2) perubahan itu positif dan aktif, (3) perubahan itu efektif dan fungsional.
Manifestasi atau perwujudan perilaku-perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut :
- Kebiasaan
- Keterampilan
- Pengamatan
- Berpikir Asosiatif dan daya ingat
- Berfikir Rasional dan Kritis
- Sikap
- Inhibisi
- Apresiasi
- Tingkah Laku Afektif
Selain perwujudan perilaku-perilaku belajar di atas, juga terdapat beberapa jenis-jenis belajar diantaranya adalah sebgai berikut :
- Belajar Abstrak
- Belajar Keterampilan
- Belajar Sosial
- Belajar Pemecahan Masalah (Problem solving)
- Belajar Rasional
- Belajar kebiasaan
- Belajar Apresiasi
- Belajar Pengetahuan
Berbeda dengan Syah (1996), Slameto (1991:5-8) menyatakan jenis-jenis belajar mencakup :
- Belajar Bagian ( Part Learning )
- Belajar dengan wawasan ( learning by insight )
- Belajar Deskriminatif ( Discriminatif Learning )
- Belajar Global atau keseluruhan ( Global Whole Learning )
- Belajar Insidental ( Incidental Learning )
- Belajar Instrumental ( Instrumental Learning )
- Belajar Intensional ( I ntentional Learning )
- Belajar Laten ( Latent Learning )
- Belajar Mental ( Mental Learning )
- Belajar Produktif ( Produktive Learning )
- Belajar Verbal ( Verbal Learning ).
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmanir Rahim…
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu..
Alhamdulillah, Segala Puji dan Syukur hanya bagi Allah Swt. Atas berkat Rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Salam dan Taslim semoga tercurah kepada Nabiullah Muhammad Saw, yang menjadi contoh tauladan, baik dalam perkataan maupun perbuatan dan sikap yang menuntun manusia untuk berakhlak Mulia.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Makalah yang berjudul “Ciri-Ciri Khusus,Perwujudan Perilaku dan Jenis-jenis Belajar” ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa kami harapkan dari berbagai pihak, dalam rangka memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada kami dalam proses penulisan makalah ini, secara khusus, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua kami yang telah membukakan mata hati dan memberikan sentuhan kasih sayang serta bantuan yang berupa material maupun nonmaterial.Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan juga kami tujukan kepada Dosen pembimbing yang telah memberi informasi dan arahan-arahan yang bermanfaat, demi terwujudnya makalah ini. Dan sekiranya makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fstabiqul khaerat.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.
Makassar, Desember 2009
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, sering kali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak lagi dikuasai oleh manusia, tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh kemajuan teknologi, tak terkecuali para peserta didik yang tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan mengetahui dan menguasai segala ciri-ciri khusus, perwujudan perilaku dan jenis-jenis belajar yang ada.
Setiap pribadi manusia memiliki “self hidden potential excellece” ( Mutiara Talenta yang tersembunyi di dalam diri ) tugas pendidik adalah membantu peserta didik untuk menemukan dan mengembangkannya seoptimal mungkin.
Oleh karena itu, pendidikan perlu ditanamkan sejak dini pada diri anak agar kelak dewasa nanti dia dapat menunbuhkembangkan hidupnya dengan mewujudkn segal potensi yng ada di dalm dirinya.
Selain itu, dengan adanya ciri-ciri khusus,perwujudan perilaku dan jenis-jenis belajar juga dapat membawa perubahan-perubahan baru yang positif dan aktif pada diri siswa serta mereka juga mampu memecahkan masalah secara rasional, lugas dn tuntas. Sehingga dalam menemukan suatu masalah siswa tidak merasa kesulitan dalam memecahkannya karena mereka telah mengetahui cara-cara memecahkannya sebelumnya.
Demikianlah pentingnya siswa mempelajari ciri-ciri khusus,perwujudan perilaku dan jenis-jenis belajar yang juga dapat memberi motifasi serta melatih siswa untuk hidup mandiri.
1
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin, Ms. (2005). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. RajaGrsindo Persada.
Hamalik, O. (1992). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Al-Gensindo.
Sanjaya Sutisna, (2009). Pengantar Psikologi Pendidikan
Sutisna.Com/Category/page/2/
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. 2
A. Ciri-ciri khusus perilaku belajar……………………………….. 3
B. Perwujudan Perilaku Belajar………………………………….. 4
C. Jenis-jenis Belajar……………………………………………... 6
BAB III PENUTUP……………………………………………………….... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 12
iii